Rabu, 01 April 2009

Dari SMS ke Facebook hingga Blog



By: Agus Hermawan


Pernahkan pembaca memerhatikan dan menyimak pesan pada dinding facebook? Atau apakah pembaca pernah dan atau sering menulis pesan pada dinding facebook untuk dibagikan kepada kawan-kawan?


Menarik sekaligus menggelitik. Pesan-pesan tersebut seringkali membuat kita, pembacanya, tersenyum bahkan ketawa sendiri. Olehnya rasa lesu terkadang hilang, rasa lapar terkadang terlupakan. Boleh jadi pesan-pesan tersebut saat ini menjadi asupan sehat bagi kebutuhan gizi otak. Otak diajak bergerak untuk merespon stimulus-stimulus yang dimunculkan si pembuat pesan. Otak pun diajak berselancar dalam waktu singkat untuk merangkai jawaban yang terkadang toot-toot keyboard komputer kesakitan ditekan dengan keras.


Adakalanya saya kurang memahami untaian kata dalam pesan tersebut maklum dominan mereka yang ber-facebook ria adalah kalangan muda sehingga bahasa dan penulisan kata menggunakan gaya gaul. Bisa diambil contoh; 1) “ujan… males jalan date line hari ini” 2) “ngerjain tugas dulu ahh…” 3) “dimalam sesunyi ini… aku sendiri… tiada yang menemani” 4) “huff.. satu hal yg mbwtku tak bsa mlpkn kngan yg sngt ingn ku hlngkn dlm ingatnku adlh hujan…” 5) “hidup itu penuh perjuangan untuk mencapai tujuan kita” 6) “tugas… belum usai… hahh…” 7) “disini mendung neng, cuacanya mendung..org2 nya juga pada ga cerah!!!!!!!!” 8) “bikin powerpoint buat presentasi..semangat!!!” 9) “Sedang memikirkan knapa tugas tu datang bertubi2 n kontinu.. Jd bosen tiap hr ngrjain tugas..” 10) “jerawat d hidung..wkwkwk..” 11) “Akan kumenangkan setiap peperangan!”. Terimakasih buat kawan-kawan dan anak-anak yang pesan-pesannya saya jadikan sumber tulisan ini.


Dan sebagai seorang guru, sahabat-sahabat saya di facebook adalah murid-murid plus alumnus (mayoritas sebagai mahasiswa) sehingga metamorfosis dalam berbahasa kentara sekali. Menyikapi hal ini otak saya sering “lilo” alias lila loading (lama loading) atau seringkali hang bahkan pet bagai mati lampu. Diperlukan waktu lama untuk “menerjemahkan” pesan-pesan mereka. Untungnya dalam menjawab, kecepatan otak saya dapat diandalkan, maklum seorang penulis. Tak banyak hambatan mencari jawaban yang pas agar klop dengan makna yang terkandung dalam sebuah pesan hanya saja otak adakalanya masuk ke dunia mereka, artinya jawaban saya menggunakan bahasa ala mereka (gaul).
Pesan-pesan dalam facebook sedikit lebih baik dan lebih panjang dibanding pada sms (namanya juga pesan pendek). Bagi pengguna secara tidak sadar diajak berliterasi, tidak kurang dari sepuluh pesan kita baca lalu disimak makna-makna yang terkandung. Bahkan kemampuan menulis para pengguna dilatih setidaknya setiap ada pesan baik yang masuk untuk pribadi atau pun pesan pada dinding untuk umum.


Hanya saja menulis di facebook belum pas dijadikan acuan untuk menulis sebuah artikel, misalnya. Disamping bahasa yang digunakan tidak resmi, gaul, singkat sekali, dan terkadang sulit dipahami, justru belum memberikan pelajaran berpikir yang kompleks. Tetapi sekali lagi pesan-pesan pada facebook dapat dijadikan sarana belajar memahami karya teman, mengemukakan sebuah pendapat, dan menjawab sebuah problem. Dan tentu diperlukan sebuah keberanian berpendapat karena bisa jadi pendapat dan pesan yang dikemukakan dikonsumsi ratusan orang. Seperti halnya kita menulis artikel dan dimuat di media cetak.


Bagi yang belum memiliki blog namun sangat berminat mengembangkan gagasan-gagasan atau ide-ide untuk dituliskan, saya mengajak pembaca membuat blog. Blog sarana berikutnya bagi kita untuk mengeksplorasi potensi menulis. Pembaca dapat menumpahkan seluruh gagasan, ide, pendapat, kebahagiaan, kekesalan, percintaan, ujian, tugas-tugas, dan aneka cerita sebebas dan sepanjang mungkin. Seperti halnya bila pembaca mengisi buku harian. Banyak penulis handal yang menggunakan blog sebagai sarana aktualisasi diri. Banyak penulis pemula yang menggunakan blog sebagai uji coba kemampuan. Hebatnya di dalam blog pun pembaca diajak mengomentari tulisan-tulisan kita. Bisa jadi aneka komentar yang hadir dapat mendewasakan kita dalam menulis serta menambah greget tulisan.


Seperti blog berjudul otakcerdaskreatif.blogspot.com dan agushh66.blogspot.com yang saya kembangkan merupakan sarana untuk mengekspos tulisan-tulisan saya. Malahan dari kedua blog ini saya berencana menerbitkan buku ketiga, insya Allah.


Walaupun jumlahnya tidak banyak, perhatian khusus perlu kita berikan kepada pesan-pesan dinding yang melankolis atau memiliki daya tarik tidak positif (untuk tidak ditulis negatif), pembaca dapat lihat beberapa contoh pada pesan di atas. Mengapa? Bila ini tidak berkesudahan (pesan buat pembaca termasuk saya sendiri untuk mengurangi atau menghindari) maka pesan-pesan dinding bisa menjelma bagai sinetron yang dominan meracuni penonton. Artinya, pesan-pesan yang berisi kemalasan, kekecewaan, dan keluhan lama-lama mengisi otak kanan kita. Dalam waktu lama, kita dapat terbawa nuansa demikian dan dikhawatirkan sifat malas, kecewa, dan mengeluh menjadi makanan harian. Maaf, ini hanya sebentuk keprihatanan saja. Tetaplah ber-facebook ria, seperti yang saya lakukan saat ini.


Melalui facebook dan blog mari kita kembangkan literasi dan kemampuan menulis kita sedikit demi sedikit dan tiada henti. Orang Jepang bilang kaizen. Siapa tahu suatu saat pembaca berminat untuk menjadi seorang penulis bahkan penulis hebat, sehebat Andrea Hirata.

Senin, 02 Maret 2009

Tekad Hamilton



By: Agus Hermawan


“Dan pembaca, yakinkah Hamilton bakalan juara dunia untuk tahun 2007? Atau setidaknya tahun 2008? Kita tunggu ….”

Demikian paragraf penutup tulisan berjudul Lewis Hamilton yang terdapat dalam buku kedua saya, Belajar dari (Model) Kehidupan. Saya tulis tentang Hamilton karena saya kagum tentang komentar-komentar menggugahnya bila mengungkapkan atau menjawab pertanyaan pers sekitar prestasinya. “Kembali menempati peringkat kedua sungguh luar biasa. Hanya satu anak tangga lagi dari sini. Saya pikir ini adalah pencapaian yang luar biasa yang bisa meningkatkan karier saya. Saya sangat bangga”.

Komentar ini disampaikan ketika Hamilton berhasil menempati podium sebagai juara kedua pada GP F1 Spanyol, 13 Mei 2007 lalu. Dari seluruh rangkaian GP F1 2007, Hamilton berhasil menjadi juara dunia kedua di bawah pembalap sarat pengalaman Kimi Raikkonen dari tim Ferrari.

Namun, lain 2007 lain 2008, Hamilton membuktikan bahwa dirinya berhak meraih juara dunia. Start di posisi empat—sementara saingannya Massa di poll position—baginya cukup untuk menjadi juara dunia 2008 asal bisa mempertahankan posisinya hingga akhir lomba. Dengan unggul selisih tujuh poin dari Massa—Hamilton 94 dan Massa 87—posisi berapa pun yang ditempati Massa, Hamilton pasti juara dunia. Bila Massa meraih posisi pertama di Sirkuit Interlagos Brasil, yang juga merupakan negeri kelahirannya, Massa bakalan mengumpulkan total poin 97. Bila Hamilton meraih posisi keempat maka total poin yang diraihnya 99, sudah cukup baginya untuk merebut juara dunia dari pembalap Ferrari lainnya, Raikkonen. Dan, juara dunia baru F1 telah lahir di Brasil 2 Nopember 2008 lalu.

Saya tidak bermaksud bercerita kepada pembaca bahwa “ramalan” saya tepat! Bahwa Hamilton akan menjadi juara dunia setidaknya tahun 2008 seperti paragraf pembuka tulisan ini. Walau pun sesungguhnya “ramal-meramal” (tepatnya prediksi) dalam dunia olahraga tidak asing bagi saya, setidaknya saya mengagumi seorang “peramal” kelas wahid, yakni bung Sumohadi Marsis—saat beliau aktif di tabloid Bola—dalam rubrik asuhannya Catatan Ringan. Selain tulisan yang begitu nendang—menginspirasi saya bagaimana menutup sebuah tulisan yang fantastis—terus terang ramalannya jarang meleset, entah berapa peristiwa olahraga yang bung Sumo ramalkan menjadi kenyataan. Ini sebuah bukti bahwa analisanya sangat hebat. Eh, rupanya kemampuan meramal ini turun juga kepada saya, setidaknya untuk ramalan tentang Hamilton he… he… heh….

Hal paling utama ingin saya ceritakan kepada pembaca adalah character building Hamilton yang begitu kokoh. Psywar sangat umum dalam dunia olahraga. Sebagaimana kita mengenal Mohammad Ali, Evander Holifield, Alex Ferguson, Jose Mourinho, Benitez, sampai Mike Tyson yang begitu piawai mengumbar serangan-serangan terhadap lawan-lawannya sebelum pertarungan dimulai. Tidak kurang dari Raikkonen, Alonso, sampai beberapa pembalap lain yang berjanji untuk menghambat Hamilton dan mempermulus Massa. Tetapi Hamilton tetap tegar.

Serangan dalam bentuk rasis pun diterima kubu Hamilton saat di GP Spanyol dan Brasil. Tetapi Hamilton tetap tegar.
Sampai-sampai ayahnya, Anthony Hamilton mengungkapkan tengah mempertimbangkan untuk menarik Lewis dari dunia balap mobil F-1 setelah sukses menjadi juara dunia GP F-1 2008 dengan alasan keluarganya sering mendapat perlakuan rasis. "Saya mulai berpikir bahwa dunia F-1 tak cocok buat keluarga kami. Terlalu banyak tekanan dan hinaan yang kami alami selama pekan-pekan terakhir" kata Anthony, yang melihat penonton Spanyol menghina anaknya dengan menggunakan cat hitam di wajah mereka saat menonton GP F-1 Spanyol di Barcelona. Bahkan adik Lewis, Nic (16) mengalami saat buruk ketika dilempari pendukung asal Brasil dengan seekor kucing hitam di hotel tempatnya menginap. Kucing hitam merupakan pertanda sial di Brasil. Namun Hamilton tetap tegar.
Seandainya Hamilton lelah mendapatkan serangan-serangan dari pihak luar, mustahil dirinya bakal menyabet gelar juara dunia.
Bahkan, dengan gelar ini Hamilton berhak mendapat hadiah sebesar 100 juta pound. Melebihi yang didapat David Beckham, 31 juta pound dan pegolf ternama Tiger Woods yang tahun ini menuai penghasilan 72 juta pound. Fantastis.
Satu rekor lagi yang ditorehkan pembalap McLaren ini adalah prestasinya sebagai juara dunia F1 termuda sepanjang sejarah. Dengan gelar terhormat di tangannya dalam usia 23 tahun 300 hari, Hamilton menumbangkan rekor juara dunia F1 paling muda yang sebelumnya dicetak Fernando Alonso pada 2005 pada usia 24 tahun 58 hari.
Torehan-torehan prestasi ini menunjukkan bahwa kerja keras, kekuatan mental, dan dukungan moril dari tim serta keluarga (juga pacarnya, Nicole Scherzinger) membuahkan hasil optimal. Tanpa itu semua Hamilton belum tentu berhasil, namun yang paling utama adalah sikap optimis yang telah melekat begitu kuat dalam diri Hamilton. Inilah yang membentuk karakter kokoh Hamilton.
So, pembaca rasanya caracter building ini juga terdapat pada diri kita masing-masing, hanya masalahnya bagaimana kita dapat menyulut dan mengoptimalkan setiap saat. Agar ”gaya” Hamilton ini mencuat, kita perlu banyak belajar darinya. Ada dua hal menarik dari Hamilton, pertama menghargai kemampuan orang lain (lawan-lawan) dan kedua jiwa optimis yang tinggi. Untuk kita, pelajaran pertamanya adalah selalu positive thinking dan kedua miliki visi yang jelas.
Karena keduanya dapat memotivasi seseorang untuk berprestasi. Motivasi akan muncul oleh karena dua sebab yakni penghargaan dan tekanan. Tetapi uniknya Hamilton bisa jadi termotivasi olah keduanya.
Itulah pelajaran yang saya peroleh dari juara dunia F1 termuda sepanjang masa. Selamat Hamilton!
Lalu, siapakah juara dunia F1 2009? Masih Hamiltonkah? Atau lima pesaing beratnya, Massa, Raikkonen, Alonso, Kubica, dan Kovalainen? Atau justru anak ajaib dari Jerman, Sebastien Vettel? Nopember 2009 pasti terjawab.



Rabu, 04 Februari 2009

Upacara Bendera



By: Agus Hermawan


Sebagai salah seorang fasilitator kurikulum Direktorat PSMA saya mendapat tugas untuk memfasilitasi kegiatan Bimtek (Bimbingan Teknis) Kurikulum di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Pelaksanaan bimtek selama empat hari dari 26 sampai 29 Mei 2008 dengan peserta sekira seratus orang dari sepuluh SMA yang diundang. Kegiatan disambut dan diikuti peserta dengan penuh antusias, maklum banyak diantara peserta yang masih belum memahami secara utuh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan pada tahun 2006.

Pembaca, saya tidak membicarakan secara khusus tentang materi maupun pelaksanaan kegiatan bimtek di atas. Saya justru ingin menyampaikan sebuah kejadian (belum pernah saya alami) yang menimpa saya selaku fasilitator (tamu) dari pusat (maksudnya Depdiknas).

Minggu, 27 Mei sore Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Maros meminta saya untuk memberikan pembinaan pada upacara Senin pagi besok. Tentu saja sebagai seorang guru memberikan pembinaan pada upacara bendera bukan barang baru oleh sebab ini saya langsung menyanggupi.

Di hotel, selain mengerjakan tugas-tugas sebagai pelengkap laporan saya berusaha mencari inspirasi materi apa yang akan saya sampaikan besok dalam upacara. Pikiran saya menghendaki materi yang unik dan menggugah agar upacara besok pagi bermakna buat seluruh siswa. Namun, sampai pagi hari inspirasi belum muncul. Tak mengapa daripada terus dipikirkan lebih baik tidur agar kondisi badan esok hari kembali fit.

Beberapa menit sebelum upacara berlangsung, saya singgah dahulu ke ruang Kepala Sekolah. Ajaib. Otak saya langsung berselancar ketika melihat ratusan penghargaan (piala, plakat, dan sejenisnya) yang dicapai siswa-siswi SMAN 1 Maros ini. Ada penghargaan untuk juara cerdas cermat dan pidato bahasa Inggris, sepakbola, dance, cipta lagu, nasyid, dan berbagai penghargaan akademis maupun non akademis lainnya.

Otak saya langsung memunculkan sebuah topik sebagai bahan upacara pagi ini, Multiple Intelligences. Ya, kecerdasan majemuk sangat cocok sebagai materi untuk menggambarkan aneka prestasi yang telah dicapai siswa-siswi di sini. Sekaligus sebagai pengetahuan dan motivasi bagi mereka yang belum berkontribusi bagi almamaternya.

Maka meluncurlah: kecerdasan matematik-logik, linguistik, musik, spasial, kinestetik, natural, interpersonal, dan intrapersonal dari mulut saya.

”Anak-anak, pada diri kita sesungguhnya terdapat aneka kecerdasan yang apabila dicuatkan secara optimal akan membuat kita menjadi manusia cerdas. Pertama, kecerdasan matematika-logik. Orang yang mampu mengoptimalkan kecerdasan ini nampak pada prilaku belajarnya yang lebih serius dan menyukai matapelajaran kimia, fisika, ekonomi-akuntansi, dan matematika. Kecerdasannya nampak ketika nilai-nilai ulangan matapelajaran ini dicapai dengan tinggi. Ke depan orang-orang yang mampu mencuatkan kecerdasan ini akan menjadi ahli di bidang auditor, akuntan, ahli matematika, ilmuwan, ahli statistik, guru ilmu alam, dan lain-lain.”

”Kedua, kecerdasan linguistik. Kalian yang telah memeroleh penghargaan dibidang lomba pidato, cerdas cermat bahasa atau kalian yang selama ini hobi menekuni dunia kepenulisan, baik nulis puisi, cerpen, artikel adalah orang-orang yang telah mencuatkan kecerdasan ini. Profesi orang yang memiliki kecerdasan ini tidak akan jauh dari editor, penyiar radio/TV, penulis, pengacara, guru bahasa, pustakawan, jurnalis, penerjemah, dan lain-lain.”

”Kecerdasan yang ketiga adalah spasial. Kalian yang pernah memeroleh penghargaan dibidang menggambar, melukis, membuat presentasi visual, mewarnai, memotret, menghias, membuat film dokumenter adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial menonjol. Profesi kalianpun tak akan jauh sebagai insinyur, arsitek, ahli tata letak kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung dan lain-lain.”

”Nah, kalian yang hobi bernyanyi, memainkan alat musik, berimprovisasi, menggubah lagu, menyusun aransemen, mendengarkan, membedakan nada, dan telah mendapat penghargaan disekitar musik berarti dalam diri kalian kecerdasan musiknya menonjol. Profesi dimasa depannya tidak akan jauh sebagai musisi, pembuat alat musik, penulis lagu, teknisi studio musik, pengarah koor, penyanyi, guru musik, dan lain-lain.”

”Siapa diantara kalian yang pernah mendapat penghargaan dalam bidang olahraga atau tari? Kecerdasan yang kelima berkaitan dengan olah tubuh misalnya, berpantomim, menari, berolahraga, dan lainnya. Profesi dimasa depan misalnya sebagai penari, aktor, model, atlet, penata tari, guru olahraga.”

”Kalian mengenal Charles Darwin, Steve Irwin atau Panji? Nah, mereka merupakan contoh manusia yang memiliki kecerdasan natural tinggi, buktinya mereka sangat menyukai dan mencintai alam. Bila kalian saat ini memiliki hobi seperti halnya ketiga orang di atas maka pada diri kalian kecerdasan ini mencuat optimal. Kalian akan berprofesi tidak jauh sebagai dokter hewan, hortikulturis, ahli biologi, dan lainnya.”

”Kecerdasan ketujuh dan kedelapan berkaitan dengan bagaimana kamu bisa bergaul, bersahabat, bahkan dapat membantu menyelesaikan problem orang lain serta bagaimana kamu merenungkan siapa diri kamu, dari mana dan mau kemana kelak kamu, bekerja sendiri, ini berkaitan dengan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Mereka yang cerdas interpersonal biasanya akan berprofesi sebagai direktur, manajer, kepala sekolah, konselor, pegawai public relation, pramuniaga , dan lainnya. Sementara mereka yang cerdas intrapersonal biasanya sebagai psikolog, pemuka agama, perencana program, dan lainnya.”

Nah, setelah uraian ’teori’ di atas selanjutnya saya sampaikan bagaimana menggali dan mengoptimalkan kecerdasan yang ada pada diri mereka sedini mungkin dan tidak pupus oleh suatu kejadian yang bisa memupuskannya.

Pembaca, alhamdulillah dari mimik muka dan konsentrasi mereka, sepertinya mereka mendapat sesuatu yang baru. Artinya, walaupun materi yang saya paparkan sesungguhnya tidak aktual namun bagi mereka seolah merupakan tools baru untuk meraih keberhasilan dalam kehidupan.

Setelah memberikan pembinaan saya diminta untuk menyerahkan penghargaan dari komite sekolah kepada dua siswa yang berhasil menjadi pasangan siswa teladan seprovinsi Sulawesi Selatan dan mereka akan mewakili provinsinya di tingkat nasional.

Lengkap sudah perjalanan saya ke Kabupaten Maros. Pertama, alhamdulillah telah membantu lebih dari seratus guru dan kepala sekolah dalam memahami kurikulum, kedua insya Allah memberikan wawasan baru bagi siswa-siswi di SMA Negeri 1 Maros, dan ketiga turut menyampaikan penghargaan kepada siswa berprestasi. Semoga apa-apa yang saya curahkan di Maros dengan izin Allah Swt. melekat pada pikiran seluruh insan yang terlibat. Amin.

So, bagaimana dengan pembaca? Apakah pembaca telah memberi kontribusi dalam bentuk prestasi buat instansi masing-masing? Bila belum, pada diri pembaca masing-masing terdapat ratusan “bibit” prestasi yang siap dicuatkan.




Jumat, 23 Januari 2009

Ujian Nasional? Gampang Meen...



By: Agus Hermawan


“Tidak ada waktu lagi. Waktu untuk bergerak adalah sekarang juga.” –Jennie S. Bev.

Terkadang waktu dapat dilihat dengan dua kacamata. Pertama, waktu rasanya begitu lambat bergerak ketika kita sedang menunggu seseorang, sampai ada peribahasa populer “menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan.” Kedua, waktu akan berjalan begitu cepat tatkala kita sedang menghadapi ujian—baca ulangan—apalagi soal-soal yang kita hadapi bener-bener sulit, wuih… limabelas menit… sepuluh menit… semenit… dan… “kumpulkan!”

Sekarang ini nyaris semua surat kabar menginformasikan bahwa Ujuan Nasional (UN) 2009 untuk level SMA akan diselenggarakan pada tanggal 20 sampai 24 April 2009. Tak lebih dari tiga bulan dari sekarang. Februari… Maret… dan April… “nah lhu!”

Untuk kamu, siswa kelas XII waktu yang kamu jalani akan berjalan begitu cepat tak terlepas apakah kamu mempersiapkan dirimu dalam menghadapai UN atau tetap berleha-leha. Hanya tiga bulan. Namun kamu dapat memperlakukan waktu tersebut dengan dua cara pandang. Pertama, biarkanlah waktu berlalu seperti hari-hari biasa yang kamu jalani. Kedua, manfaatkan waktu seefisien dan seefektif mungkin seperti kamu saat menghadapi ulangan harian.

Untuk yang pertama—mudah-mudahan ini bukan gaya kamu—belajarlah kamu seperti kebiasaan selama ini yaitu belajar saat kamu sudah diberitahu gurumu bakal ulangan. Kamu akan belajar mati-matian—bagi yang suka belajar he… he… he—semalam sebelum hari H sehingga hasilnya… ya… remedial…. Tapi itu lebih baik dibanding kawan kamu yang selama ini gak pernah belajar namun ngarepin belasan kasih sayang dari kawan kiri-kanan-depan-belakang tempat duduknya atau nyontek dari buku catatan.

Untuk yang kedua—seperti kata Aa Gym—mulailah sekarang juga, mulai dari hal-hal kecil dan mulai dari diri sendiri—maaf urutannya dibalik. Manfaatkan waktu apabila kamu telah memiliki visi dan misi hidupmu. Mulai sekarang kamu manfaatkan waktu yang kamu miliki. Manajemenlah waktu kamu yang tiga bulan ini dengan strategi dan perhitungan yang tepat. Masih ingatkah kamu bagaimana Jurgen Klinsmann memenej waktu untuk menangani timnas Jerman yang akhirnya menempati posisi tiga Piala Dunia 2006 walaupun dengan tim yang dipandang sebelah mata dan dengan waktu yang relatif singkat. Bila kamu dapat memenej waktu yang tersisa dengan efisien dan efektif maka waktu yang tiga bulan ini sangat cukup untuk mencapai nilai yang kamu inginkan dan akhirnya kamu lulus dari sekolahmu.

Tugas-tugas yang diberikan guru, ulangan harian, test lisan, dan lainnya anggaplah sebagai peristiwa-peristiwa—hal-hal—kecil dalam rangka menyelesaikan pekerjaan besar. Hadapi dan tuntaskan hal-hal kecil tadi sebagai titian untuk menghadapi peristiwa besar yaitu UN 2009. Bagaimana kamu bisa menghadapi peristiwa besar apabila yang kecil aja gagal?

Sekarang saatnya kamu memulai meningkatkan pede-mu. Percayalah pada kemampuan kamu sendiri. Cobalah percayakan potensimu untuk menghadapi tugas atau ulangan yang selama ini menjadi beban kamu. Mulailah dari dirimu sendiri untuk mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Mulailah dari dirimu sendiri untuk merancang strategi belajar dalam menghadapi UN kemudian jadilah virus positif buat kawan di sebelahmu, di kelasmu, dan di sekolahmu agar mulai belajar sehingga siap menghadapi UN 2009.

Ujian Nasional bukanlah sesuatu yang menakutkan. Ujian Nasional bukanlah peristiwa yang bakalan membuatmu gagal. Justru ujian nasional akan merupakan tangga pertama dalam mencapai cita-citamu asalkan kamu tidak salah memandang waktu yang kamu miliki sekarang…. Maka bergeraklah sekarang juga, tidak ada waktu lagi.