Rabu, 01 April 2009

Dari SMS ke Facebook hingga Blog



By: Agus Hermawan


Pernahkan pembaca memerhatikan dan menyimak pesan pada dinding facebook? Atau apakah pembaca pernah dan atau sering menulis pesan pada dinding facebook untuk dibagikan kepada kawan-kawan?


Menarik sekaligus menggelitik. Pesan-pesan tersebut seringkali membuat kita, pembacanya, tersenyum bahkan ketawa sendiri. Olehnya rasa lesu terkadang hilang, rasa lapar terkadang terlupakan. Boleh jadi pesan-pesan tersebut saat ini menjadi asupan sehat bagi kebutuhan gizi otak. Otak diajak bergerak untuk merespon stimulus-stimulus yang dimunculkan si pembuat pesan. Otak pun diajak berselancar dalam waktu singkat untuk merangkai jawaban yang terkadang toot-toot keyboard komputer kesakitan ditekan dengan keras.


Adakalanya saya kurang memahami untaian kata dalam pesan tersebut maklum dominan mereka yang ber-facebook ria adalah kalangan muda sehingga bahasa dan penulisan kata menggunakan gaya gaul. Bisa diambil contoh; 1) “ujan… males jalan date line hari ini” 2) “ngerjain tugas dulu ahh…” 3) “dimalam sesunyi ini… aku sendiri… tiada yang menemani” 4) “huff.. satu hal yg mbwtku tak bsa mlpkn kngan yg sngt ingn ku hlngkn dlm ingatnku adlh hujan…” 5) “hidup itu penuh perjuangan untuk mencapai tujuan kita” 6) “tugas… belum usai… hahh…” 7) “disini mendung neng, cuacanya mendung..org2 nya juga pada ga cerah!!!!!!!!” 8) “bikin powerpoint buat presentasi..semangat!!!” 9) “Sedang memikirkan knapa tugas tu datang bertubi2 n kontinu.. Jd bosen tiap hr ngrjain tugas..” 10) “jerawat d hidung..wkwkwk..” 11) “Akan kumenangkan setiap peperangan!”. Terimakasih buat kawan-kawan dan anak-anak yang pesan-pesannya saya jadikan sumber tulisan ini.


Dan sebagai seorang guru, sahabat-sahabat saya di facebook adalah murid-murid plus alumnus (mayoritas sebagai mahasiswa) sehingga metamorfosis dalam berbahasa kentara sekali. Menyikapi hal ini otak saya sering “lilo” alias lila loading (lama loading) atau seringkali hang bahkan pet bagai mati lampu. Diperlukan waktu lama untuk “menerjemahkan” pesan-pesan mereka. Untungnya dalam menjawab, kecepatan otak saya dapat diandalkan, maklum seorang penulis. Tak banyak hambatan mencari jawaban yang pas agar klop dengan makna yang terkandung dalam sebuah pesan hanya saja otak adakalanya masuk ke dunia mereka, artinya jawaban saya menggunakan bahasa ala mereka (gaul).
Pesan-pesan dalam facebook sedikit lebih baik dan lebih panjang dibanding pada sms (namanya juga pesan pendek). Bagi pengguna secara tidak sadar diajak berliterasi, tidak kurang dari sepuluh pesan kita baca lalu disimak makna-makna yang terkandung. Bahkan kemampuan menulis para pengguna dilatih setidaknya setiap ada pesan baik yang masuk untuk pribadi atau pun pesan pada dinding untuk umum.


Hanya saja menulis di facebook belum pas dijadikan acuan untuk menulis sebuah artikel, misalnya. Disamping bahasa yang digunakan tidak resmi, gaul, singkat sekali, dan terkadang sulit dipahami, justru belum memberikan pelajaran berpikir yang kompleks. Tetapi sekali lagi pesan-pesan pada facebook dapat dijadikan sarana belajar memahami karya teman, mengemukakan sebuah pendapat, dan menjawab sebuah problem. Dan tentu diperlukan sebuah keberanian berpendapat karena bisa jadi pendapat dan pesan yang dikemukakan dikonsumsi ratusan orang. Seperti halnya kita menulis artikel dan dimuat di media cetak.


Bagi yang belum memiliki blog namun sangat berminat mengembangkan gagasan-gagasan atau ide-ide untuk dituliskan, saya mengajak pembaca membuat blog. Blog sarana berikutnya bagi kita untuk mengeksplorasi potensi menulis. Pembaca dapat menumpahkan seluruh gagasan, ide, pendapat, kebahagiaan, kekesalan, percintaan, ujian, tugas-tugas, dan aneka cerita sebebas dan sepanjang mungkin. Seperti halnya bila pembaca mengisi buku harian. Banyak penulis handal yang menggunakan blog sebagai sarana aktualisasi diri. Banyak penulis pemula yang menggunakan blog sebagai uji coba kemampuan. Hebatnya di dalam blog pun pembaca diajak mengomentari tulisan-tulisan kita. Bisa jadi aneka komentar yang hadir dapat mendewasakan kita dalam menulis serta menambah greget tulisan.


Seperti blog berjudul otakcerdaskreatif.blogspot.com dan agushh66.blogspot.com yang saya kembangkan merupakan sarana untuk mengekspos tulisan-tulisan saya. Malahan dari kedua blog ini saya berencana menerbitkan buku ketiga, insya Allah.


Walaupun jumlahnya tidak banyak, perhatian khusus perlu kita berikan kepada pesan-pesan dinding yang melankolis atau memiliki daya tarik tidak positif (untuk tidak ditulis negatif), pembaca dapat lihat beberapa contoh pada pesan di atas. Mengapa? Bila ini tidak berkesudahan (pesan buat pembaca termasuk saya sendiri untuk mengurangi atau menghindari) maka pesan-pesan dinding bisa menjelma bagai sinetron yang dominan meracuni penonton. Artinya, pesan-pesan yang berisi kemalasan, kekecewaan, dan keluhan lama-lama mengisi otak kanan kita. Dalam waktu lama, kita dapat terbawa nuansa demikian dan dikhawatirkan sifat malas, kecewa, dan mengeluh menjadi makanan harian. Maaf, ini hanya sebentuk keprihatanan saja. Tetaplah ber-facebook ria, seperti yang saya lakukan saat ini.


Melalui facebook dan blog mari kita kembangkan literasi dan kemampuan menulis kita sedikit demi sedikit dan tiada henti. Orang Jepang bilang kaizen. Siapa tahu suatu saat pembaca berminat untuk menjadi seorang penulis bahkan penulis hebat, sehebat Andrea Hirata.